Rabu, 09 Maret 2011

Lentera Jiwa

Mimpi apa yang mengilhamimu untuk melacak jejakku
Yang telah lama pergi bersama desiran bayu
Menghilang di balik senja nan kelabu
Saat kau duduk termangu di balik bukit itu

Kudengar suaramu bergetar saat kau tahu aku harus segera pergi
Mencoba menahan laju langkahku yang tak mungkin surut lagi
Lentera jiwa menggiringku untuk segera beranjak dari sini

Selama aku pergi tak ada lagi tawa canda
Tiada lagi tatapan mata teduh memesona
Kukubur semua kenangan dan asa
Bersama secuil rasa tak bernama

Angin apa yang menerbangkanmu kembali datang padaku
bertemu di sebuah pagi yang bisu
Kulihat tenggorokanmu tercekat dan lidahmu kelu
Hanya hatimu yang bersenandung lagu rindu

Kubiarkan kau termangu
saat kau mencoba mengenali derap langkahku
Yang makin lama makin mendekatimu

Saat aku dalam kesedihan dan kehilangan harapan
Kau hadir bersama senyum yang tulus memecah kesunyian
Merangkai kata dan kalimat untuk mencairkan kebekuan

Ah cukup sudah…buang semua ragumu!
Kita sama-sama punya cerita seru
Kisah tentang Cinta, pengorbanan, luka, dan harapan


Caleufornia, 191109

Pertanda

Tuhan...
begitu panjang lorong waktu kehidupan yang telah kulalui
begitu banyak nikmat yang telah Engkau anugerahi
meskipun terkadang aku lupa untuk mensyukuri
begitu banyak orang yang melewati lorong sepi ini
Ada yang datang, ada yang pergi, dan ada pula yang kembali...

Dalam perjalanan kehidupan...
kadangkala orang-orang yang selalu bersama, tidak mampu kita pertahankan...
sementara orang-orang yang tak pernah kita duga, hadir mewarnai kehidupan...
Seiring berjalannya waktu...
semua misteri ini mulai menemukan titik temu...
semua keraguan menjelma menjadi harapan yang berpadu

Tuhan...
Kuyakin tak ada satupun peristiwa yang terjadi secara kebetulan
Semuanya terjadi karena telah benar-benar Engkau rencanakan
Engkau Maha Mengetahui, Engkau juga Maha Memaafkan
Saat aku sedang dilanda kegalauan dan kegelisahan
kucoba belajar untuk tidak menyesali sebuah pertemuan
dan berusaha untuk tidak meratapi perpisahan...
sambil memungut secuil hikmah dari sebuah jalinan persahabatan...

Saat sepotong dahan pohon harapan patah dan jatuh ke tanah...
Kau ganti dengan ranting yang lebih tegar menahan angin yang menerpa...
Saat seorang teman pergi meninggalkanku dalam resah...
kau kirim seorang pengganti yang menawarkan sejuta asa...

Apakah ini semua cukup menjadi pertanda?
Bahwa dia adalah 'malaikat' yang Engkau kirimkan untukku
Yang akan menghapus semua kesedihan
dan menepis segala kegalauan
serta membantuku melupakan mimpi-mimpi buruk
Yang selalu datang dalam tidurku...

Semoga suatu saat nanti besok,lusa atau entah kapan
Tuhan memberikan kesempatan kepadaku
untuk menemukan jawaban dari semua pertanyaan
tentang sejuta asa yang berkecamuk diruang hatiku

Tuhan...
jika dia yang terbaik untukku
bimbinglah diriku agar bisa mencintainya...
dan jika dia bukan yang terbaik bagiku
berilah pengganti yang lebih baik darinya...
dan anugerahkan seseorang yang lebih baik dariku
yang bisa membuat dia bahagia

Tuhan...
Ku yakin semua asa ini akan indah pada waktunya
tuntunlah hamba agar selalu ada di jalan Cahaya...
Jalan orang-orang yang yang diliputi bilangan Cinta-Mu
menuju taman orang-orang yang saling mencintai dan memendam rindu...

(Caleufornia, 151210)

A Week after The Day

Sabtu, 1 Januari 2011

tak tahu dimanakah awalnya
rasa ini tumbuh dengan tulus
dan apakah ini akan berakhir
semuanya di luar kuasaku

Hari ini tepat satu minggu setelah peristiwa itu, peristiwa yang mungkin tak akan pernah bisa kulupakan seumur hidupku. Meskipun aku sudah lama merasakan ada sesuatu yang kutak tau apa kata yang tepat untuk menjelaskannya. Ada rasa yang mengendap2 hadir mengusik jiwa, lalu menyelinap masuk ke relung hatiku. Berdiam di sudut hatiku, di ruang kosong yang belum pernah terisi. Karena ku ingin ruang itu ditempati oleh lelaki yang dipilihkan Tuhan untuk ku kelak.

Belum pernah aku mengalami hal seperti ini seumur hidupku. Pengakuan itu benar-benar membuatku tersentak, benar2 mengagetkanku. Sampai-sampai malam itu suhu tubuhku mendadak berubah drastis, aku meriang. Dadaku sesak menahan tangis. Bulir bening di sudut mata tak mampu kubendung.
Pengakuan ini datang ketika aku sedang berusaha melerai asa, mengubur kenangan tentangnya, dan mencoba berdamai dengan takdir.

Di satu sisi, aku lega, semua tanya telah kutemukan jawabnya. Tapi di sisi lain ada sedikit kecewa, kenapa pengakuan itu datang sekarang ini. Di saat dia belum berani berkomitmen lebih jauh ke jalan yang di Ridhai-Nya. Padahal aku sudah mencoba melawan rasa penasaranku, bahkan aku telah mengikhlaskan diri jika aku tak akan pernah tahu jawaban atas semua pertanyaan ini.
Biarlah itu semua menjadi rahasia hatinya dan Tuhan Sang Penggenggam Hati.

Sebenarnya aku tak bisa mendustai hatiku, bahwa kenyataannya aku juga menyintainya, bahkan setelah pengakuan itu rasa itu semakin bertambah. Tapi aku takut, takut jika rasa cintaku yang terlalu besar padanya membuatku kehilangannya. Aku mohon ampun pada Allah, jika aku telah salah, aku mohon bimbingan-Nya agar tidak salah melangkah. Aku tak ingin menodai cinta ini, hingga saat yang tepat&indah itu tiba.

Aku berharap dalam do'a dan pinta, jika aku adalah perempuan yang ditakdirkan Allah untuk mendampinginya kelak, berikan aku kesabaran&kekuatan hingga dia mampu berkomitmen dalam ikatan suci pernikahan. Tapi jika dia bukan lelaki yang terbaik yang dipilihkan Allah untukku, kumohon padaNya agar menghapus semua kenangan&ingatan di hatiku tentang dia dan segera menggantikan dengan yang lebih baik...

Banda Aceh, 1 Januari 2011

Hujan di Bulan Desember

Ada ragu yang mulai menyergap

Di antara doa yang terus terucap

Ada rasa yang hampir menguap

Karena tanya yang tak kunjung terjawab


Jangan tanyakan padaku tentang pertanda

Jangan tanyakan lagi tentang purnama

Tapi tanyakan pada hatimu saja

tentang sepotong asa yang belum kau beri nama


Aku tak tahu, mengapa awan datang

Di awal pagi gelap, sunyi nan lengang

Apakah hanya untuk memberi peringatan

Akan hadirnya gerimis yang nyaris menghapus kerinduan


Tuhan...

Hanya Engkau yang tahu segala resahku

Yang kubalut dengan senyum kesabaran


Tuhan...

Di bawah rintik air hujan di pagi ini

Kupohonkan bait-bait do'a, harap dan pinta

Di antara gerimis yang mulai berhenti

Hadirkan untukku langit yang berselimut bianglala


Banda Aceh, 121210